Halo, Desainer dan rekan lainnya! Kali ini, saya akan membahas implementasi Design Thinking di agensi untuk membantu memecahkan masalah dan memulai solusi. Sekaligus, berbagi pengalaman bekerja sebagai desainer di sebuah digital agency konsultan IT.
Sebelum membahas Design Thinking untuk digital agency konsultan IT, apakah kalian tahu apa itu digital agency yang berjenis konsultan IT?
Digital agency konsultan IT kurang lebih adalah sebuah perusahaan pengembangan perangkat lunak, biasanya mengerjakan proyek-proyek yang sudah disepakati bersama klien mereka. Kultur bekerja di konsultan IT ini sangat cepat. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan waktu dan timeline yang singkat.
Kita lanjut ke inti pembahasan kali ini, ya. Saya akan bagikan tips dalam mengimplementasikan proses Design Thinking untuk digital agency konsultan IT.
Table of Contents
ToggleDesign Thinking di Digital Agency: Empati pada Stakeholder
Yang pertama adalah kita harus berempati kepada stakeholder atau pemangku kepentingan. Dalam design thinking kali ini, yakni untuk di digital agency konsultan IT, yang menjadi stakeholder adalah rekan kerja kita di kantor, mulai dari desainer, developer, product owner, sampai manajer kita.
Kita harus mencari tahu dan berusaha merasakan apa masalah mereka dalam bekerja. Contohnya, banyak masalah yang terjadi dalam proses kerja, seperti:
- Melakukan proses pengumpulan requirement mengenai fitur apa saja yang akan didesain dan di-develop. Lalu product owner memberikan task pada desainer untuk mendesain fitur ABCD dengan waktu yang sangat singkat, bisa hanya satu hari. Karena kondisi tersebut, desainer jadi langsung jump to solution wireframe/visual tanpa memperhatikan masalah. Akibatnya, banyak perubahan ketika sudah masuk fase development dan itu jadi merepotkan semua divisi, termasuk PO dan Developer karena desain yang berubah-ubah.
- Ada juga proyek yang setelah dikerjakan dan selesai, tidak terpakai karena tidak memperhatikan sisi user.
Dari proses ini, kita menjadi tahu awal permasalahan dan bisa membuat proses desain yang lebih baik.
Baca juga: How to Design Catchy App for Mobile Application Development
Design Thinking di Digital Agency: Beri Informasi tentang Peranan Desainer
Beberapa orang menggeneralisir pekerjaan desainer. Ada yang menganggap, desainer itu sebatas menggambar atau memvisualisasikan sesuatu. Padahal, desainer juga perlu menjadi problem solver; membantu user, bisnis, dan teknologi hingga mencapai tujuannya. Jadi, desainer menjembatani user, bisnis dan teknologi, serta menjadi partner mereka berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
Design Thinking di Digital Agency: Komunikasikan Ide
Setelah menginformasikan pada mereka tentang peran kita, komunikasikanlah ide pada stakeholder. Misalnya, bagaimana jika flow kerja diubah menjadi lebih baik, ini terkait saat kita berempati memahami masalah di atas, kita jadi bisa mengomunikasikan kepada atasan agar menemukan alur kerja yang lebih baik, efektif, dan efisien.
Baca juga: How to Implement Design Thinking and Co-Creation to Develop a Product
Design Thinking di Digital Agency: Membuat Alur Kerja
Yang perlu membuat alur kerja adalah keseluruhan tim desain, bukan secara individu. Sebagai tim, kita harus punya tujuan dan pemahaman yang sama agar tidak terjadi miss saat bekerja, berdiskusi, dan berinovasi bersama.
Kenapa tidak individual? Jika kita merasa memahami alur kerja yang baik, belum tentu orang lain memahami apa yang kita pahami. Kunci di sini adalah jangan merasa bisa, tapi berdiskusi dan sharing-lah bersama tim desain agar semua memiliki pemahaman yang sama tentang apa saja metode yang akan dilakukan saat mengerjakan sebuah proyek.
Berikut adalah workflow yang kami rancang:
Teman-teman juga bisa membuat alur kerja sendiri, dengan mindset design thinking dan metode apa yang sesuai pemahaman teman-teman. Jadi, tidak harus sama.
Design Thinking di Digital Agency: Menentukan Standar Dokumen
Jika sudah membuat alur kerja yang baik, tentukan standar dokumen. Dari yang sebelumnya tidak ada dokumen saat mengerjakan proyek, kita berinovasi hingga setiap proyek dan pekerjaan memiliki dokumentasi yang lengkap. Target kita adalah membuat dokumen yang bisa menjelaskan desain tersebut kepada orang hanya dengan membacanya.
Ketika kita menentukan standar dalam diri kita, seiring berjalanya waktu, standar kita akan meningkat dengan sendirinya. 😀
Secara singkat, ini tips dalam mengimplementasikan proses Design Thinking untuk digital agency konsultan IT:
- Empati pada stakeholder
- Beri informasi tentang peranan desainer
- Komunikasikan ide
- Membuat alur kerja
- Menentukan standar dokumen
Nah, demikian contoh implementasi design thinking untuk pengerjaan sehari-hari di digital agency bertipe konsultan IT GITS Indonesia. Kami menawarkan proses Design Thinking ala GITS Design sebagai Framework yang terdiri dari proses-proses yang dapat disusun secara fleksibel untuk melakukan proses dari product development. Dengan demikian, akan sangat membantu dalam membuat aplikasi mobile dan website untuk perusahaan klien.
Deddy Yoga Pratama adalah bagian dari tim Desain GITS Indonesia.
GITS Indonesia menyediakan solusi IT untuk perusahaan Anda, termasuk digital transformasi brand FMCG dalam menjangkau konsumennya. Klien kami di antaranya, yakni Danone; Toyota; dan Jasa Raharja. Contoh proyek kami dapat dilihat di halaman portfolio ini.
[